Ada beberapa maca tata cara ada batak toba, yang salah satunya adalah Paratur ni parhundulon (Posisi Duduk).
Didalam kehidupan orang Batak sehari-hari kekerabatan (partuturon) adalah kunci pelaksanaan dari falsafah hidupnya, Boraspati ( baca boraspati di artikel saya selanjutnya, ini digambarkan dengan dua ekor cecak/cicak, saling berhadapan, yang menempel di kiri-kanan Ruma Gorga/Sopo/Rumah Batak ). Kekerabatan itu pula yang menjadi semacam tonggak agung untuk mempersatukan hubungan darah, menentukan sikap kita untuk memperlakukan orang lain dengan baik.
Petuah nenek moyang kita:
- Jolo tiniptip sanggar, laho bahen huruhuruan, jolo sinungkun marga, asa binoto partuturan
- Hau antaladan, parasaran ni binsusur, sai tiur do pardalanan molo sai denggan iba martutur
- Manat mardongan tubu = hati-hati bersikap terhadap dongan tubu
- Elek marboru = memperlakukan semua perempuan dengan kasih
- Somba marhulahula = menghormati pihak keluarga perempuan
- Dongan sa-ama ni suhut = saudara kandung
- Paidua ni suhut ( ama martinodohon ) = keturunan Bapatua/Amanguda
- Hahaanggi ni suhut / dongan tubu ( ompu martinodohon ) = se-marga, se-kampung
- Bagian panamboli ( panungkun ) ni suhut = kerabat jauh
- Dongan sa-marga ni suhut = satu marga
- Dongan sa-ina ni suhut = saudara beda ibu
- Dongan sapadan ni marga ( pulik marga ), mis : Tambunan dengan Tampubolon ( Padan marga akan saya tuliskan juga nanti, lengkap dengan ‘Padan na buruk’ =sumpah mistis jaman dulu yang menyebabkan beberapa marga berselisih, hewan dengan marga, kutukan yang abadi, dimana hingga saat ini tetap ada tak berkesudahan )